Di era urban living yang makin padat dan berkecepatan tinggi—termasuk di kota-kota kita—kita makin sering merindukan ruang yang tak sekadar ‘cantik’ tapi juga menenangkan. Nah, di sinilah hadir sebuah tren desain interior yang menarik banget: gabungan antara gaya Japandi dan konsep Biophilic design. Bisa dibilang, fusion ini adalah jawaban untuk kebutuhan hidup modern yang sekaligus ingin merasa dekat dengan alam, tapi tetap rapi dan hangat.
Saya sendiri pernah merombak sudut ruang tamu di apartemen kecil saya — memilih kursi kayu tipis bergaya Skandinavia, ditambah rak rendah ala Jepang, lalu menambahkan beberapa taneman besar dan lampu kaca yang lembut. Efeknya? Ruang itu secara tak sadar jadi tempat saya melambat: baca buku, santai sore, ngopi sambil melihat daun-daun bergoyang. Perpaduan gaya dan alam ini ternyata lebih powerful daripada sekadar “ruang minimalis”.
Dalam artikel ini, kita akan membahas:
- Apa itu Japandi & apa itu Biophilic design
- Kenapa gabungan kedua gaya ini menjadi tren
- Elemen-elemen kunci dari masing-masing gaya
- Bagaimana cara menggabungkannya secara praktis di rumah
- Tantangan & tips agar berhasil
- Kesimpulan: kenapa ini cocok untuk urban living & lifestyle kita
Mari kita mulai.
Apa Itu Japandi

Singkatnya, Japandi adalah gaya interior yang menggabungkan estetika Jepang dan Skandinavia. Menurut sejumlah referensi, “Japandi design combines light, bright, and functional aspects of Scandinavian design with warm, sophisticated elements of Japanese design”. Beberapa poin kunci dari Japandi:
- Minimalisme dengan kehangatan: Gaya ini bukan sekadar ruangan yang super bersih dan dingin. Japandi punya unsur hangat, natural.
- Palet warna netral dan bahan alami: Kayu terang atau sedang, bambu, linen, warna beige, taupe, krem — semua untuk menciptakan suasana tenang.
- Fungsi dan bentuk yang bersih: Furniture low-profile (rendah), garis bersih, sedikit ornamen, tapi punya karakter.
- Filosofi desain: Dari sisi Jepang ada “wabi-sabi” (keindahan dalam ketidaksempurnaan) dan dari Skandinavia ada “hygge” (kenyamanan, kehangatan).
Saya masih ingat waktu melihat satu showroom furnitur di Jakarta yang mengusung gaya Japandi: kursi kayu dengan sandaran kurva lembut, karpet wool minimal, dan sebuah vas keramik Jepang di sudut — rasanya seperti membawa suasana Zen ke ruang kota yang sibuk.
Baca juga: Apa Itu Japandi Style? Ketahui Karakteristik dan Contoh Desainnya
Mengapa Japandi Populer
- Hidup urban makin cepat, kita butuh ruang yang menenangkan. Japandi menawarkan suasana “pelan” di tengah kesibukan.
- Gaya yang timeless; tidak terlalu terikat tren flamboyan yang cepat berlalu.
- Cocok untuk apartemen kecil atau ruang terbatas karena minim ornamen dan memaksimalkan fungsi.
Apa Itu Biophilic Design

Sementara itu, biophilic design adalah konsep yang menekankan koneksi antara manusia dengan alam melalui lingkungan interior mereka. Sebuah artikel menyebut bahwa biophilic design “promotes harmony with nature, bringing the outdoors in to improve human connection to the natural world”. Beberapa elemen penting dari biophilic design:
- “Nature in the space”: Tanaman hidup, air, cahaya alami.
- “Nature of the space”: Ruang yang memberikan rasa perlindungan dan tampak ke arah luar—atau setidaknya memberi perspektif visual ke alam.
- “Natural analogues”: Pola, bahan, warna yang terinspirasi alam (misalnya struktur batu, kayu, tekstur daun) meskipun bukan tanaman hidup.
Efeknya bukan sekadar estetika. Desain biophilic dikaitkan dengan peningkatan kesejahteraan: mood lebih baik, stress berkurang, koneksi ke lingkungan sekitar meningkat.
Baca juga: Mengenal Konsep Biophilic di Rumah yang Bisa Bikin Stress dan Penat Hilang
Kenapa Biophilic Makin Dicari
- Urbanisasi dan kehidupan indoor makin dominan → kita kehilangan “alam” dalam keseharian. Desain ini mencoba mengembalikannya.
- Kesadaran akan kesehatan mental, well-being makin tinggi. Ruang yang tenang dan “hidup” makin dihargai.
- Daya tarik visual: Tanaman, cahaya alami, bahan kasar alami — semua elemen ini membuat ruang “hidup” dan bukan sekadar kotak kosong.
Fusion Japandi + Biophilic: Kenapa & Bagaimana
Menggabungkan Japandi dengan biophilic design adalah langkah yang cerdas — dan tren ini makin terlihat di berbagai artikel desain. Kenapa kombinasi ini pas:
- Kesamaan nilai: Japandi dan biophilic sama-sama menghargai kesederhanaan, bahan alami, dan koneksi ke alam.
- Komplemen visual: Japandi menyediakan kerangka desain minimalis dan hangat, sedangkan biophilic menambahkan “kehidupan” dan tekstur alami melalui tanaman, cahaya, bahan kasar.
- Fungsi & kesejahteraan: Fusion ini tidak hanya untuk tampilan saja tetapi juga untuk ruang yang membuat penghuninya merasa lebih tenang dan terhubung.
- Adaptasi urban: Cocok untuk ruang kota — apartemen, rumah kecil — karena mereka menawarkan kelegaan visual dan kenikmatan sederhana tanpa terlalu banyak dekoratif berlebihan.
Saya sendiri ketika mencoba memakai gaya ini di ruangan kerja rumah, merasakan bahwa hanya dengan menambahkan satu tanaman besar (contoh: monstera), mengganti meja lama dengan meja kayu ringan ala Skandinavia, dan mengganti tirai berat dengan tirai linen terang — suasana berubah drastis. Rasa stres jadi sedikit mereda, dan saya merasa lebih ‘terhubung’ saat bekerja di rumah.
Elemen-Elemen Utama untuk Menerapkan
Warna dan Palet
- Palet netral utama: krim, beige, taupe, kayu terang.
- Sentuhan hijau dari tanaman atau aksen dari alam (biophilic) → tidak harus hijau terang, bisa olive, sage, terracotta alami.
- Hindari warna-terang yang terlalu mencolok agar tetap terasa tenang dan konsisten.
Bahan dan Tekstur
- Kayu alami (oak, ash), bambu, rotan — bahan yang hangat dan organik (Japandi).
- Batu, beton ringan, bahan kasar alami untuk tekstur (biophilic).
- Tekstur kain alami: linen, wool ringan, dan permukaan matte untuk furniture.
Furniture dan Tata Letak
- Furniture low-profile, garis sederhana, fungsional (Japandi)
- Sisakan ruang negatif (empty space) agar interior tidak terasa sesak.
- Integrasikan tanaman besar, rak terbuka untuk pot tanaman, jendela lebar agar cahaya alami bisa masuk (biophilic).
Tanaman & Elemen Alam
- Tanaman hidup: pilih yang mudah dirawat untuk ruang dalam rumah seperti pothos, monstera, zamioculcas.
- Bisa juga elemen alam seperti pot tanah liat, vas keramik kasar, batu dekoratif.
- Pencahayaan alami bukan sekadar jendela; bayangan, tekstur cahaya juga penting — ini bagian dari biophilic.
Rencana Ruang & Suasana
- Buat zona yang memungkinkan kegiatan santai: kursi nyaman dengan cahaya alami, sudut baca dengan tanaman di dekatnya.
- Minimal dekorasi yang tidak perlu — tiap item harus punya fungsi atau makna (Japandi)
- Integrasikan unsur ‘alam’ bukan sekadar hiasan: suara air (misalnya gelas air di jendela), aroma kayu, angin yang lewat jendela terbuka.
Penerapan Praktis di Rumah Anda
1. Mulai dari satu ruangan
Misal ruang tamu atau kamar tidur: pilih satu titik fokus (misalnya rak tanaman atau kursi kayu unik) lalu bangun sisa ruang di sekitarnya.
2. Bersihkan clutter
Japandi sangat mengutamakan “less is more”. Buang barang yang tidak punya fungsi, pilih furniture multifungsi.
3. Ganti atau tambah elemen kayu & linen
Misalnya: meja kopi kayu terang, karpet linen warna krem, tirai linen ringan.
4. Tambahkan tanaman dan elemen alam
Letakkan tanaman tinggi di sudut; tambahkan vas keramik atau batu dekoratif; pakai pot dengan tekstur kasar.
5. Maksimalkan cahaya alami
Jika memungkinkan, biarkan tirai terbuka; gunakan kaca besar; posisikan furnitur agar fokus ke arah jendela atau outdoor view.
6. Pilih aksen yang tepat
Aksen bisa berupa kurve lembut (kursi bulat), tekstur alami (kain dipercaya), atau warna hijau lembut. Tapi jangan berlebihan.
7. Pertahankan kesederhanaan
Terus tinjau ruang Anda: jika ada dekorasi yang hanya ‘cantik’ tapi tidak fungsional—mungkin bisa dihapus. Ruang yang tenang kadang berarti ruang yang sedikit.
Tantangan & Kesalahan Umum
- Terlalu “kaku” minimalis → Jika terlalu kaku, ruang bisa terasa dingin atau tidak ramah. Pastikan ada elemen hangat: kayu, warna hangat, tekstur lembut.
- Terlalu banyak tanaman → Biophilic penting, tapi jika tanaman terlalu banyak atau sulit dirawat bisa malah bikin repot atau jadi “hutan mini” yang tidak dikelola.
- Ketidaksesuaian ukuran furnitur → Furniture rendah ala Jepang atau Skandinavia harus proporsi dengan ruang; jangan gunakan kursi besar yang mendominasi ruangan kecil.
- Material murahan atau imitasi → Karena gaya ini banyak menjunjung kualitas bahan, jika bahan murahan bisa merusak estetika keseluruhan.
- Mengabaikan pencahayaan & ventilasi → Tanpa cahaya dan sirkulasi yang baik, bahkan desain terbaik bisa terasa rapuh atau kurang ‘hidup’.
Cerita Pribadi
Saya beri satu contoh: di sebuah apartemen di Jakarta yang ruangnya kecil (sekitar 30 m²), pemiliknya memilih gaya Japandi + biophilic. Mereka mengganti sofa besar dengan sofa kayu rendah berwarna krem, menambahkan satu meja kopi bundar kayu, lalu menempatkan tanaman fiddle-leaf fig di sudut dekat jendela besar. Tirai linen warna netral menggantikan tirai tebal lama. Hasil: mereka mengatakan bahwa tiap sore dan malam, ruang tamu terasa seperti “oasis” — jauh dari hiruk-pikuk jalanan, dan lebih nyaman untuk istirahat atau menerima tamu.
Cerita saya sendiri: ketika saya pindah ke ruang kerja rumah baru, saya sengaja memilih rak terbuka dari kayu terang, dan menaruh dua pot tanaman besar. Dua bulan kemudian, tamu saya berkata: “Wah, ruang kerjamu jadi adem ya.” Itu cukup menegaskan bahwa efek desain bukan sekadar visual, tetapi juga suasana.
Untuk Anda yang Hidup di lingkungan Urban
Sebagai penghuni kota seperti kita (misalnya di Phnom Penh, atau kota besar lain di Asia Tenggara), ada beberapa pertimbangan khusus:
- Ruang mungkin terbatas → gaya Japandi yang minimalis sangat cocok.
- Cahaya alami kadang terbatas → manfaatkan lampu yang menyerupai cahaya alami, dan pastikan ventilasi untuk tanaman.
- Cuaca tropis → pilih tanaman yang tahan lembap dan panas (contoh: monstera, zamioculcas).
- Biaya bahan bagus → kayu berkualitas mungkin agak mahal; bisa mulai dengan satu atau dua elemen kayu terang, dan sisanya bahan linen/tekstur lainnya.
- Pemeliharaan tanaman dan bahan → karena iklim mungkin lembap, perhatikan sirkulasi udara agar kayu dan linen tidak lembap atau jamuran.
Kesimpulan
Menggabungkan gaya Japandi dan biophilic design bukan sekadar tren, tapi sebuah pilihan hidup—terutama untuk kita yang mendambakan ruang tenang di tengah kesibukan kota. Fusion ini menyatukan minimalisme fungsional dan kehangatan, menyatukan bahan alami dan tanaman hidup, serta menyatukan estetika dan kesejahteraan.
Dengan memperhatikan elemen-elemen utama seperti palet warna netral, material natural, furniture fungsional, tanaman, dan cahaya alami—kita bisa menciptakan ruang yang bukan saja “terlihat cantik”, tapi juga membuat kita merasa lebih lega, lebih terhubung dengan alam sendiri, dan lebih tenang.
Jadi, kalau Anda sedang mempertimbangkan untuk mendesain ulang ruang hidup atau ruang kerja, saya sangat menyarankan untuk melihat ke arah Japandi + biophilic. Mulai dari hal kecil—misalnya satu kursi kayu baru atau satu tanaman besar—dan rasakan perubahan suasana secara perlahan.
Semoga artikel ini berguna dan menginspirasi Anda untuk menciptakan ruang yang menenangkan, alami, dan penuh with purpose. Kalau Anda butuh contoh furnitur, pilihan tanaman spesifik, atau panduan visual, saya siap bantu.
Terima kasih telah membaca, dan selamat mendesain ruang Anda sendiri!
Baca juga artikel lainnya:





