Memulai investasi properti pemula itu seperti mempersiapkan sebuah perjalanan panjang — kalau peta tak jelas, kita bisa tersesat di tengah jalan. Untuk kamu yang baru melangkah, artikel ini akan jadi peta awal agar langkahmu lebih mantap. Kita bahas mulai dari “langkah awal investasi”, lalu ke “pemilihan lokasi”, dan berakhir di “analisis ROI (Return on Investment)”. Sepanjang perjalanan, saya selipkan pengalaman kecil dan kisah nyata agar terasa hidup, bukan sekadar teori kering.
Bagian 1: Langkah Awal Investasi Properti
Sebelum menyelam terlalu dalam ke angka dan lokasi, ada beberapa pondasi yang harus kamu bangun dulu. Berikut langkah-langkah dasar:
1. Kenali Tujuan Investasimu
Apa yang ingin kamu capai lewat properti? Beberapa contoh tujuan:
- Mendapatkan pendapatan pasif dari sewa
- Menjual nanti ketika harga naik (capital gain)
- Kombinasi antara sewa + apresiasi nilai
Kebanyakan pemula cuma bilang: “Ingin untung,” tapi itu terlalu samar. Katakan: “Saya ingin properti yang menghasilkan arus kas positif dan minimal ROI 8 % per tahun.” Dengan tujuan jelas, kamu bisa menyaring opsi properti yang sesuai.
2. Cek Kondisi Finansial & Siapkan Modal
Mulailah dengan audit sederhana:
- Hitung tabungan dan likuiditas yang siap pakai
- Evaluasi beban utang dan cicilan bulanan
- Sisihkan dana darurat (misalnya untuk renovasi tak terduga atau kekosongan penyewa)
Kalau kamu punya dana Rp 200 juta, jangan langsung buru-buru cari properti Rp 1 miliar kalau belum yakin arus kas bisa menopang. Bisa jadi kamu tertatih membayar cicilan & biaya.
Pilihan modal bisa dari:
- Dana sendiri (tunai)
- Kredit / KPR
- Pinjaman modal ke investor / partner
- Kombinasi modal sendiri + pinjaman
Pastikan bahwa beban bunga atau cicilan tak menekan arus kas hingga negatif.
3. Riset Pasar & Properti
Sebelum buka aplikasi properti, lakukan riset:
- Harga jual per meter persegi di area yang diminati
- Harga sewa rata-rata serupa properti
- Kenaikan harga historis (5–10 tahun terakhir)
- Tingkat kekosongan properti serupa
Misalnya, di kota kecil dekat kota besar: dulu harga tanah per meter Rp 3 juta, sekarang Rp 6 juta dalam 8 tahun — itu pertumbuhan ~9–10 % per tahun. Cocok untuk jangka menengah ke panjang.
4. Tentukan Jenis Properti
Berikut tipe properti yang sering dipilih pemula:
- Properti residensial (rumah, rumah susun, apartemen)
- Ruko / bangunan komersial
- Tanah kosong
- Properti khusus (kost, vila, guest house)
Masing-masing punya kelebihan & kekurangan. Misalnya, apartemen di kota besar punya likuiditas tinggi, tapi biaya pengelolaan dan regulasi bisa ketat. Ruko bisa punya sewa lebih tinggi per meter, tapi mungkin kosong lebih lama.
Pengalaman saya: dulu saya tertarik membeli apartemen kecil di kota besar. Setelah dihitung-hitung, biaya manajemen, iuran bulanan, dan persaingan tinggi membuat margin sewa relatif tipis. Akhirnya saya beralih ke rumah kos di pinggiran kota—modal renovasi lebih kecil, namun daya tarik bagi mahasiswa tinggi, dan tingkat kekosongan rendah.
5. Hitung Biaya Lengkap (Total Biaya)
Banyak calon investor hanya menghitung harga beli, tapi lupa komponen biaya lain. Biaya-biaya yang harus diperhitungkan:
- Biaya notaris, balik nama, akta
- Pajak pembelian (BPHTB atau sesuai daerah)
- Biaya renovasi / finishing
- Biaya perizinan jika ada
- Biaya pemasaran & iklan
- Biaya operasional rutin (listrik, air, pemeliharaan)
- Asuransi (jika diperlukan)
- Biaya manajemen (jika menggunakan jasa)
Biaya-biaya kecil seperti cat ulang kamar, perbaikan kerusakan, atau kebocoran pipa sering diabaikan — tapi kalau diakumulasi bisa cukup besar.
6. Siapkan Strategi Keluar (Exit Strategy)
Investasi tak boleh tanpa rencana keluar. Beberapa opsi exit:
- Jual properti setelah harga naik
- Konversi fungsi (misalnya rumah tinggal ke kos)
- Refinancing (pinjaman ulang agar mendapatkan uang tunai)
- Wariskan atau turun-temurun
Kalau kamu masuk ke properti tanpa tahu kapan dan bagaimana keluar, bisa terjebak dalam aset pasif yang tak produktif.
Bagian 2: Pemilihan Lokasi — Kunci Utama
Ketika orang bilang “lokasi, lokasi, lokasi”, itu bukan omong kosong. Lokasi adalah salah satu penentu sukses atau gagalnya investasi properti. Berikut aspek-aspek yang harus kamu periksa.

1. Aksesibilitas & Transportasi
Orang ingin hemat waktu ke tempat kerja, sekolah, pusat kota. Lokasi dekat jalan raya, halte bus, stasiun kereta, jalan tol, atau akses transportasi publik akan sangat menarik bagi penyewa atau pembeli kelak.
Misalnya, properti di jalan samping tol atau dekat stasiun LRT sering dihargai premi dibanding area jauh dari transportasi.
2. Fasilitas Umum & Sarana Penunjang
Perumahan atau blok properti yang dekat dengan:
- Sekolah / kampus
- Rumah sakit
- Pusat perbelanjaan / mall
- Pusat kuliner / pasar
- Area perkantoran
- Pusat keramaian
Semakin fasilitas lengkap di sekitar, semakin menarik properti itu. Penyewa akan membayar “kemudahan” lebih.
3. Lingkungan & Keamanan
Tingkat kriminalitas, kebersihan, tata ruang, dan kenyamanan lingkungan adalah hal non-finansial yang sangat memengaruhi minat. Lingkungan yang nyaman dan aman cenderung mempertahankan nilai properti lebih baik.
4. Potensi Pertumbuhan & Rencana Pembangunan
Cari tahu rencana pembangunan area:
- Proyek infrastruktur (jalan baru, MRT, LRT, bandara, pelabuhan)
- Perluasan kota / wilayah
- Zona industri baru
- Penataan kota
Area yang sekarang “pinggiran” bisa menjadi “tengah kota” dalam 10 tahun ke depan jika ada rencana pembangunan.
5. Persaingan & Pasokan Properti
Jika terlalu banyak properti sejenis di daerah itu, kompetisi akan tinggi — harga sewa bisa tertekan, dan tingkat kekosongan tinggi. Cermati jumlah proyek baru di sekitarmu.
6. Likuiditas Lokasi
Lokasi yang strategis akan lebih mudah dijual nanti bila kamu butuh exit cepat. Properti di sudut jalan utama atau dekat titik fasilitas besar biasanya punya likuiditas lebih tinggi.
Bagian 3: Analisis ROI (Return on Investment)
Setelah langkah awal & lokasi, kita masuk ke inti: mengukur apakah investasi itu “worth it” atau tidak. ROI adalah metrik sederhana namun penting. Berikut panduan dan tipsnya.
Apa Itu ROI & Mengapa Penting
ROI (Return on Investment) mengukur seberapa besar keuntungan bersih yang diperoleh dibanding modal yang dikeluarkan. Semakin tinggi ROI, semakin efisien penggunaan modal.
Dengan ROI, kamu bisa membandingkan berbagai opsi properti (rumah vs apartemen vs ruko) secara “adil”.
Rumus Dasar ROI
Rumus sederhana:
ROI = (Keuntungan Bersih / Total Biaya Investasi) × 100%
Di properti, keuntungan bersih biasanya = (Pendapatan Sewa + Kenaikan Nilai – Biaya Operasional)
Contoh:
- Harga beli + biaya tambahan = Rp 600 juta
- Pendapatan sewa tahunan = Rp 36 juta
- Biaya operasional & pemeliharaan = Rp 6 juta per tahun
- Kenaikan nilai properti (diasumsikan) = Rp 30 juta per tahun
Keuntungan bersih = 36 + 30 – 6 = 60 juta
ROI = (60 juta / 600 juta) × 100% = 10% per tahun
Rumus ini juga umum digunakan di konten properti di Indonesia.
Baca juga artikel tentang: Ketahui Cara Menghitung ROI Bisnis Properti, Dijamin 100% Untung.
ROI Realistis & Periode
ROI tinggi itu menggoda, tapi jangan terjebak pada angka muluk-muluk. Beberapa hal yang mesti diperhatikan:
- ROI 5–10 % per tahun sudah cukup bagus di banyak kota besar
- Jangan lupa bahwa ROI harus dikaitkan dengan periode (apakah dihitung per tahun, per 5 tahun, dsb)
- ROI tak memperhitungkan risiko inflasi, biaya tidak terduga, dan kekosongan
Karena ROI tidak memasukkan faktor waktu secara eksplisit, untuk analisis lebih lanjut bisa gunakan IRR atau NPV. Tapi untuk pemula, ROI sederhana sudah cukup sebagai panduan awal.
Contoh Perbandingan: Apartemen vs Rumah
Misalnya menurut data, apartemen menghasilkan ROI sekitar 4,7 % per tahun (tanpa apresiasi), sementara rumah di area pinggiran bisa mencapai ROI 5–6 %.
Tapi apabila rumah di lokasi berkembang, pertumbuhan nilai tanah bisa luar biasa tinggi — bisa menarik ROI total (apresiasi + sewa) menjadi 10–12 %.
Baca juga artikel tentang: Investasi Apartemen vs Rumah: Analisis ROI dan Prospek 2025.
Faktor yang Mempengaruhi ROI
Beberapa faktor berikut bisa menaikkan atau menurunkan ROI:
- Tingkat hunian (occupancy) — bila sering kosong, ROI turun
- Biaya operasional tinggi — pipa bocor, perawatan mahal, keamanan dsb
- Pajak & regulasi
- Inflasi & suku bunga
- Persaingan sewa di area
- Biaya pemasaran & manajemen
Analisis Sensitivitas & Skenario
Supaya lebih aman, kamu bisa buat beberapa skenario:
- Skenario optimis: hunian penuh, biaya kecil, pertumbuhan nilai tinggi
- Skenario moderat: hunian 80 %, biaya rata-rata, pertumbuhan normal
- Skenario pesimis: hunian 60 %, biaya tinggi, pertumbuhan rendah
Hitung ROI untuk tiap skenario, dan amati seberapa “robust” prospeknya terhadap fluktuasi.
Payback Period
Selain ROI, salah satu metrik sederhana: berapa lama modal kamu “kembali” (break even). Misalnya, jika keuntungan bersih tahunan rata-rata Rp 30 juta untuk modal Rp 300 juta, payback period = 10 tahun. Periode ini membantu kamu mengevaluasi apakah masuk akal atau terlalu lama.
Bagian 4: Contoh Langkah & Hitungan Kasar
Agar lebih nyata, mari kita simulasikan:
Studi Kasus: Rumah Kos di Pinggiran Kota
Misalnya kamu beli rumah 3 kamar:
- Harga beli + renovasi: Rp 500 juta
- Biaya tambahan (notaris, sertifikat, dll): Rp 25 juta
- Total investasi: Rp 525 juta
Kamu sewa kamar per bulan:
- Kamar 1: Rp 1,5 juta
- Kamar 2: Rp 1,4 juta
- Kamar 3: Rp 1,2 juta
- Total sewa bulanan: Rp 4,1 juta → tahunan: 4,1 × 12 = Rp 49,2 juta
Biaya operasional tahunan (listrik, air, perawatan): Rp 7 juta
Asumsikan kenaikan nilai properti (tanah + bangunan) 5 % per tahun dari nilai awal = Rp 500 juta × 5 % = Rp 25 juta
Keuntungan bersih tahunan = 49,2 + 25 – 7 = Rp 67,2 juta
ROI = 67,2 / 525 × 100% ≈ 12,8 %
Itu kondisi ideal. Kalau hunian hanya 80 %, maka pendapatan sewa = 49,2 × 0,8 = Rp 39,36 juta → keuntungan bersih = 39,36 + 25 – 7 = Rp 57,36 juta → ROI ≈ 10,9 %.
Kalau biaya tak terduga naik, ROI bisa turun. Makanya harus ada buffer.
Studi Kasus 2: Apartemen di Kota Besar
- Harga beli + biaya tambahan: Rp 800 juta
- Total investasi: Rp 800 juta
- Sewa bulanan: Rp 4 juta → tahunan: Rp 48 juta
- Biaya operasional & iuran: Rp 10 juta
Asumsikan apresiasi nilai 4 % → kenaikan = Rp 32 juta
Keuntungan bersih = 48 + 32 – 10 = Rp 70 juta
ROI = 70 / 800 × 100% = 8,75 %
Kalau hunian hanya 70 %, maka pendapatan = 48 × 0,7 = 33,6 juta → keuntungan = 33,6 + 32 – 10 = 55,6 juta → ROI ≈ 6,95 %.
Jadi dalam skenario moderat, apartemen ROI-nya lebih tipis dibanding rumah kos pinggiran, tergantung lokasi dan biaya.
Bagian 5: Tips Praktis & Kesalahan Umum
Berikut beberapa kiat berdasarkan pengalaman dan observasi:
- Jangan tergoda ROI tinggi tanpa menganalisis risiko — kadang dijual sebagai “ROI 20 %” tapi lokasi terpencil, sewa tinggi, dan kekosongan tinggi.
- Sewa pendek vs sewa jangka panjang — sewa bulanan (misalnya tipe apartemen bulanan) bisa menghasilkan lebih tinggi dari sewa tahunan, tapi turnover & manajemen lebih repot.
- Perawatan rutin sangat penting — bangunan rusak ringan kalau tidak dicek bisa merambat dan biaya besar di masa depan.
- Pilih penyewa yang baik — penyewa yang merawat, membayar tepat waktu, lebih berharga daripada penyewa yang “naik tinggi sewa-nya”.
- Gunakan jasa manajemen properti kalau kamu tak punya waktu — meskipun ada biaya, tapi bisa menjaga properti tetap dalam kondisi baik dan mengurangi beban mental.
- Lakukan audit properti secara berkala — cek struktur, atap, pipa, listrik, sanitasi supaya jangan kejutan.
- Selalu punya cadangan dana — minimal 5–10 % dari total investasi untuk kebutuhan tak terduga.
- Revisit analisis setiap beberapa tahun — pasar bisa berubah, suku bunga bisa naik, regulasi bisa bergeser.
Baca juga artikel tentang:
- Panduan Membeli Vila Mewah di Bali: Regulasi, Harga, Lokasi Terbaik.
- Investasi Properti di Industri Belt: Premium Estates di Bekasi, Karawang & Sekitarnya.
- Investasi Properti dan Urban Living: Tips Keuangan Cerdas untuk Investasi yang Lebih Baik.
Kesimpulan
Mengawali investasi properti itu tidak sesulit yang dibayangkan, asalkan kamu berjalan dengan pijakan yang benar: mulai dari tujuan investasi yang jelas, kondisi finansial yang matang, riset pasar & properti, pemilihan lokasi yang tepat — dan tentu saja, analisis ROI yang realistis.
Kalau kamu baru akan mulai, saya sarankan:
- Mulai dengan investasi skala kecil (rumah kos kecil, properti pinggiran)
- Lakukan simulasi ROI & skenario pesimis
- Pilih lokasi yang sedang berkembang, bukan yang sudah “puncak”
- Kelola properti dengan baik atau gunakan manajemen
Kalau kamu ingin saya bantu studi kasus spesifik (misalnya di Jakarta, Surabaya, Bandung) atau mau contoh perhitungan berdasarkan lokasi yang kamu incar, tinggal bilang saja. Yuk, mulai langkah pertamamu sekarang juga!
Baca juga artikel lainnya: